aloha...

Minggu, 11 Mei 2014

golongan VI B


PORTOFOLIO KIMIA UNSUR
GOLONGAN VI B: Kromium, Molibdenum, Wolfram, dan Seaborgium
Dosen Pengampu:












Oleh:
Fithrotul Auwaliyah (11630048)
Rizki Maratus Sholikhah (11630060)



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014


GOLONGAN VI B

1.   Kromium (Cr)
1.1 Sejarah
Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade sebelum ini. Kromium ditemukan pada tahun 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin seorang profesor kimia dan analis di School of Mines di Paris, yang menerima beberapa sampel bijih crocoites untuk dianalisis sehingga ia mengungkapkan adanya unsur baru yang ia sebut Kromium.
Nama Kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium. Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

a.       Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau dan keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak dan lunak jika dalam keadaan murni dengan titik leleh kira-kira 1900 0C dan titik didih kira-kira 2690 0C.
                                                    i.     Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
Kromium, Cr, 24
Deret kimia
Logam transisi
Golongan, Periode, blok
VIB, 4, d
Penampilan
Perak metalik


Massa atom
51,9961 (6) g/mol
Konfigurasi electron
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2,8,13,1

ii.    Sifat Fisika
Fase
Padat
Massa Jenis (sekitar suhu kamar)
7,15 g/cm3 (25 oC)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi      
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m

iii.    Sifat Kimia
Struktur Kristal
Cubic body centered
Bilangan oksidasi
+2, +3, +4, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas
1,66 (skala Pauling)
Afinitas electron
64,3 kJ / mol -1
Energy Ionisasi
E1: 652,9 kJ/mol
E2: 1590,6 kJ/mol
E3: 2987 kJ/mol
Jari-jari atom
128 pm
Jari-jari atom (terhitung)
166 pm
Jari-jari kovalen
127 pm
Ikatan energi dalam gas
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 
249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar


iv.    Isotop Kromium
Isotop
Massa Atom
Waktu paruh
Kelimpahan di alam (%)
Momen magnetik nuklir
48Cr
47,95404
21,6 hari
-
-
49Cr
48,951341
42,3 menit
-
0,476
50Cr
49,9460464
-
4.345
-
51Cr
50,944772
27,70 detik
-
-0,934
52Cr
51,09405098
-
83,789
-
53Cr
52,9406513
-
9,501
-0,47454
54Cr
53,9388825
-
2,365
-
55Cr
54,940844
3,497 menit
-
-
56Cr
55,94065
5,9 menit
-
-

b.   Sumber Kromium
Logam kromium relatif jarang ditemukan dan kandungannya dalam kerak bumi diperkirakan hanya 0,0122 % atau 122 ppm, lebih rendah daripada vanadium (136 ppm) dan klorin (126 ppm). Sumber kromium yang terpenting dalam perdagangan adalah bijih kromit (chromite), FeCrO4, yang banyak terdapat di Rusia dan Afrika Selatan (kira-kira 96 % cadangan kromium dunia), Pilipina, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut. Sumber kromium lainnya yang lebih sedikit jumlahnya adalah krokoit (crocoites), PbCrO4, dan oker kroma (chrome), Cr2O3. Batu-batuan permata seperti zamrud (emerald) yang berwarna hijau dan merah ruby yang mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromium dalam berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.
Tempat
Ppb berat
Ppb oleh atom
Alam semesta
15000
400
Matahari
20000
400
Meteorit (karbon)
3100000
1200000
Kerak batu
140000
55000
Air laut
0.6
0.071
Arus
1
0.02
manusia
30
4




c.    Kegunaan
a.      Logam kromium sangat tahan terhadap korosi, karena reaksinya dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat non-pori sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi oleh kromium dari reaksi lebih lanjut. Dengan sifat logam yang tahan korosi, manfaat utama dari logam kromium adalah untuk pelapis logam atau baja. Selain itu, lapisan kromium juga menghasilkan warna yang mengkilat sehingga logam ini memberikan manfaat tambahan sebagai alat dekoratif.
b.     Stainless steel yang biasanya mengandung kromium dan sedikit nikel banyak digunakan pada industri alat-alat dapur.
c.      Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit. Dalam proses penyamakan, kulit yang akan disamak dibasahi dengan larutan dikromat, kemudian direduksi dengan gas SO2 sehingga terbentuk kromi sulfat basa, Cr(OH)SO4.
d.      Dikromat, Na2Cr2O7, dapat digunakan sebagai oksidan dalam industri kimia.
e.       Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants atau penguat warna.
f.      Industri refraktori menggunakan kromit untuk membentuk batu bata karena memiliki titik lebur yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah, dan kestabilan struktur kristal.
g.     Beberapa dari isotop kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian metabolisme dan diagnosa diabetes.
h.     Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PbCrO4.
i.       Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang didalamnya dimasukkan kromium.
j.       Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).

d.   Persenyawaan Kromium
Reaksi dan senyawa kromium yang penting hanya menyangkut kromium dengan bilangan oksidasi +2, +3, dan +6.
Oksida Kromium
Table karakterisasi beberapa oksida dan ion kromium
Tingkat Oksidasi
Oksida (a)
Hidroksida
Sifat
Ion
Nama
Warna Ion
+2
CrO
Cr(OH)2
Basa
Cr2+ (b)
Kromo atau kromium (II)
Biru muda
+3
Cr2O3 hijau
Cr(OH)3 (c)
amfoterik
Cr3+ atau [Cr(H2O)6]3+
[Cr(OH)4]- (d)
Kromi atau kromium (III)
Violet hijau
+6
CrO3 merah tua
CrO2(OH)2
Cr2O5(OH)2
Asam
CrO42-
Cr2O72-
Kromat atau dikromat
Kuning oranye
 (a): kromium(IV) dikenal oksida sebagai CrO2; (b): ion ini dalam air sebagai [Cr(H2O)6]2+ ; (c): formula lain adalah [Cr(H2O)3(OH)3] ; (d): formula lain adalah [Cr(H2O)2(OH)4]-



1.6 Reaksi-reaksi Yang Terjadi Pada Kromium
1)        Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar.
2)      Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.
3)      Reaksi kromium dengan halogen
a)    Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CrF6 (s)     [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CrF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s)      [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s)     [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.
b)   Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s)     [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4
c)    Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3Br2 (g) → 2CrBr3 (s)     [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4

d)   Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s)     [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
4)      Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
  Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr (s) + 2HCl (aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H2 (g)
5)      Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4.
6)      Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3
7)      Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.
8)      Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].


1.7 Efek Kesehatan Kromium
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat.
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
- sakit perut dan bisul
- Masalah pernapasan
- Sistem kekebalan yang lemah
- Ginjal dan kerusakan hati
- Perubahan materi genetik
- Kanker paru-paru
2. Molibdenum (Mo)

2.1.Sejarah
Pada tahun 1778 seorang ahli kimia terkenal Swedia, C. W. Scheele telah berhasil membuat suatu oksida unsur baru dari mineral molibdenit, MoS2, dengan demikian ia mampu membedakan mineral ini dengan grafit yang pada waktu itu diduga identik. Kemudian setelah 3 tahun kemudian, P.J. Helm berhasil mengisolasi molibdenum dari pemanasan molibdenit dengan batubara. Nama molibdenum berasal dari bahasa Yunani, molibdos, yang artinya mengandung makna kebingungan ketika menghadapi mineral-mineral lunak hitam yang dapat dipakai untuk menulis, yaitu grafit yang disebut timbel hitam dan plumbako (Sugiyarto dan Suyani, 2010).

2.2.Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Logam molibdenum merupakan logam golongan 6, dimana logam ini cenderung memiliki tingkat oksidasi rendah sehingga membuat unsure ini semakin tidak stabil dengan naiknya nomor atom. Seperti halnya kromium, konfigurasi elektron molibdenum menyimpang dari diagram aufbau (Sugiyarto dan sugiyani, 2010). Konfigrasi elektron tingkat dasar Molibdenum adalah d5s1, dengan sebuah konfigurasi terisi setengah d5 yang stabil. Apabila dilihat dari struktur elektronnya, Molibdenum diharapkan untuk membentuk senyawa-senyawa dengan tingkat oksidasi dari (+1) sampai (+6).
Tingkat oksidasi Molibdenum yang paling penting adalah (+5) dan (+6). Mo(+6) bersifat stabil, sedangkan Mo(+3) bersifat sangat mereduksi. Hal ini sesuai dengan kecenderungan bahwa semakin menurun posisi unsur dalam satu golongan maka semakin tinggi tingkat oksidasi menjadi lebih stabil dan tingkat oksidasi lebih lemah menjadi kurang stabil.
2.2.1. Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
Molibdenum, Mo, 42
Deret Kimia
Logam transisi
Golongan, periode, Blok
VIB, 5, d
Penampilan
abu-abu

Massa atom
95,94(2) g/mol
Konfigurasi Elektron
[Kr] 4d5 5s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 13, 1

2.2.2. Sifat Fisika
Fase
Padat
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
10,28 g/cm3
Titik lebur
2896 K, 2623 oC, 4753 oF
Titik didih
4912 K, 4639 oC, 8382 oF
Kalor peleburan
37,48 kJ/mol
Kalor penguapan
617 kJ/mol
Kapasitas kalor
(25 oC) 24,06 J/(mol.K)
Resistivitas listrik
(20 °C) 53.4 nΩ·m
Konduktivitas termal
(300 K) 138 W/(m·K)
Ekspansi termal
(25 °C) 4.8 µm/(m·K)

2.2.3. Sifat Kimia
Struktur Kristal
Cubic body centered
Bilangan oksidasi
+3, +4, +5, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas
1,8 (skala Pauling)
Energi Ionisasi
E1: 684,3 kJ/mol
E2: 1560 kJ/mol
E3: 2618 kJ/mol
Jari-jari atom
139 pm
Jari-jari atom (terhitung)
190 pm
Jari-jari kovalen
145 pm

2.3. Sumber Molibdenum
Sumber molibdenum yang terpenting adalah molibdenit sulfida, MoS2, dan yang lainnya adalah bijih wulfenit, PbMoO4, dan powelit, Ca(Mo,W)O4 (Sugiyarto dan Suyani, 2010). Logam molibdenum diproduksi sebagai hasil utama maupun hasil sampingan dalam pengolahan tembaga. Pada proses tersebut, bijih molibdenit terlebih dahulu dipisahkan dengan teknik flotasi, kemudian dipanggang untuk memperoleh oksidanya, MoO3. Jika ingin digunakan langsung sebagai paduan logam seperti pada pabrik baja, oksidasi ini diubah menjadi feromolibdenum dengan proses aluminotermik. Untuk memperoleh logam yang lebih murni, molibdenum oksida dilarutkan dalam larutan amonia untuk dikristalkan sebagai amonium molibdat, kadang-kadang sebagai dimolibdat, [NH4]2[Mo2O7], atau sebagai paramolibdat, [NH4]6[Mo7O24].4H2O dengan bergantung pada kondisinya. Molibdat ini kemudian dapat direduksi dengan gas H2 menjadi serbuk logam molibdenum yang berwarna abu-abu. Selain itu, MoO3 dapat dibuat dengan memanaskan logamnya atau sulfidanya dalam oksigen. Oksida-oksida ini tidak bereaksi dengan asam, tetapi larut dalam larutan basa membentuk larutan molibdat.
MoO2 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan H2 atau NH3 pada temperatur di bawah 470 oC, diatas temperatur ini terjadi reduksi lebih lanjut menjadi logamnya. Selain itu, MoO2 juga dapat diperoleh dari reaksi molibdenum dengan uap air panas pada suhu ~800 oC.
            Mo2O5 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan serbuk molibdenum pada ~750 oC. Penambahan amonia ke dalam larutan yang mengandung Mo(V) hasil reduksi tersebut akan diperoleh endapan coklat MoO(OH)3 dan apabila endapan ini dipanaskan akan menghasilkan Mo2O5.

2.4. Kegunaan
Sekitar 75 persen dari molibdenum yang digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1996 dijadikan campuran untuk baja dan besi. Hampir setengah dari campuran ini digunakan untuk membuat stainless dan baja tahan panas. Hasilnya dapat digunakan dalam pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, dan rudal bagian. Penggunaan penting lainnya adalah campuran molibdenum dalam produksi alat-alat khusus, seperti: busi, shaft baling-baling, senapan barel, peralatan listrik digunakan pada temperatur tinggi, dan boiler pelat.
Penggunaan penting lainnya adalah sebagai katalis molibdenum. Katalis adalah zat yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Katalis tidak mengalami perubahan wujud selama reaksi. Katalis molybdenum digunakan dalam berbagai operasi kimia, dalam industri minyak bumi, dan dalam produksi polimer dan plastik. Pada jumlah yang kecil, molibdenum efektif untuk mengeraskan baja. Molibdenum digunakan pada komponen pesawat terbang, peluru, filamen pada pemanas elektrik dan lapisan pelindung pada ketel. Molibdenum orange merupakan pigmen antara merah-kuning ke merah-orange terang dan digunakan pada cat, tinta, plastik, dan senyawa-senyawa karet.
Molibdenum disulfida merupakan pelumas yang baik, terutama pada suhu tinggi. Molibdenum juga digunakan pada beberapa aplikasi elektronik, sebagai pelapis logam konduktif pada transistor film-tipis.
Molibdenum merupakan salah satu bahan paduan baja yang menjadikan baja bersifat keras dan kuat. Selain itu, molibdenum digunakan dalam oksida dan sistem lain sebagai katalis untuk berbagai reaksi, salah satu contoh adalah “amonoksidasi” akrilonitril menurut persamaan reaksi (Cotton dan Wilkinson, 2001) :
MoS2 digunakan sebagai pelumas padat yang ditambahkan ke oli dan digunakan sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi.

2.5. Persenyawaan
Oksida molibdenum banyak yang sudah dikenal, yaitu MoO3, Mo2O5, dan MoO2. Oksida  MoO2 berupa padatan coklat violet, tidak larut dalam asam nitrat pekat dan terjadi oksidasi lebih lanjut menjadi Mo(VI). MoO2 mengadopsi struktur rutil (TiO2).
 






Gambar Struktur Rutil (TiO2)
(Geocities, 2012)

2.6.Reaksi-reaksi Yang Terjadi
Molibdenum tidak dapat bereaksi dengan air pada suhu kamar. Molibdenum juga tidak dapat bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar, akan tetapi pada suhu tinggi (di atas suhu 790 oC) akan membentuk molibdenum(VI) trioksida:
2Mo (s) + 3O2 (g) 2MoO3 (s)
Reaksi dengan halogen akan membentuk molibdenum halida, misalnya jika molibdenum direaksikan dengan fluorin, maka akan membentuk molibdenum(VI) fluorida.
Mo (s) + 3F2 (g) MoF6 (l)
Molibdenum(VI) biasanya membentuk spesies dioksida dengan kedua ikatan Mo = O adalah cis. Jadi, MoO3 dalam 12MHCl membentuk kompleks [MoO2Cl4]2-. Selain itu, molibdenum(VI) juga membentuk kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (= Mo2Cl10).

Gambar 2.6 Struktur Kompleks [MoO2Cl4]2-

Gambar 2.7 Struktur kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (Saito, 2008)
           
Selain itu, kompleks yang mudah didapatkan yang digunakan untuk sintesis kompleks lain adalah ion pentaklorooksomolibdat(V) yang berwarna hijau jambrut, [MoOCl5]2-. Senyawa kompleks ini dapat diperoleh dengan reduksi MoO42- dalam larutan HCl atau dengan pelarutan Mo2Cl10 dalam larutan akua pekat HCl.

Gambar 2.8 Struktur ion pentaklorooksomolibdat(V)
2.7.Efek Kesehatan
Molybdenum relatif aman bagi manusia dan hewan. Penelitian telah menunjukkan bahwa Moblydenum merupakan zat yang tidak beracun. Bahkan, Molybdenum digunakan untuk pertumbuhan tanaman sebagai nutrisi, walaupun intensitas kebutuhannya masih sangat kecil (Anonymous, 2010).

2.8.Molibdenum Dalam Tubuh Manusia
Pada manusia, molybdenum dikenal berfungsi sebagai kofaktor untuk tiga enzim:
Ø  Sulfit oksidase mengkatalisis transformasi sulfit ke sulfat, reaksi yang diperlukan untuk metabolisme kandungan asam amino (metionin dan sistein).
Ø  Xanthine oksidase mengkatalisis pemecahan nukleotida (prekursor untuk DNA dan RNA) untuk membentuk asam urat, yang berkontribusi terhadap kapasitas antioksidan plasma darah.
Ø  Oksidase Aldehyde dan xanthine oksidase mengkatalisis reaksi hidroksilasi yang melibatkan beberapa molekul yang berbeda dengan struktur kimia yang sama. oksidase Xanthine dan oksidase aldehida juga berperan dalam metabolisme obat dan racun.
Nilai ambang batas Mo dalam tubuh manusia
·       Anak-anak 1-3 tahun 300 µg / hari
·       Anak-anak 4-8 tahun 600 µg / hari
·       Anak-anak 9-13 tahun 1.100 µg / hari (1,1 mg / hari
·       Remaja 14-18 tahun 1.700 µg / hari(1,7 mg / hari
·       Dewasa 19 tahun dan lebih tua 2.000 (2,0 mg / hari)
Molibdenum diperlukan untuk oksidasi belerang, suatu komponen dari protein. Molibdenum terdapat dalam susu, buncis, roti dan gandum. 
Kekurangan Molibdenum
            Kekurangan molibdenum yang disebabkan karena asupan yang tidak memadai pada orang yang sehat, belum pernah diteliti. Tetapi kekurangan molibdenum terjadi pada keadaan tertentu misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron mendapatkan makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan molibdenum.
Gejalanya berupa:
-       denyut jantung yang cepat
-       sesak nafas
-       mual
-       muntah
-       disorientasi
-       koma.
            Penyembuhan total bisa diperoleh dengan pemberian molibdenum. Orang yang mengkonsumsi molibdenum dalam jumlah besar dapat mengalami gejala yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan kadar asam urat dalam darah dan nyeri sendi. Penambang yang terpapar debu molibdenum bisa mengalami gejala-gejala yang tidak spesifik.

3.   Wolfram (W)
3.1    Sejarah
Wolfram atau Tungsten ditemukan oleh Juan Jose dan Fausto de Elhuyar pada tahun 1783 di negara Spain. Dalam bahasa Swedia, Tungsten memiliki arti batu berat. Nama lain dari Tungsten adalah Wolfram yang berasal dari bahasa Jerman dengan simbol W.
Pada tahun 1779, Peter Woulfe menguji mineral tungstenit dan menyimpulkan adanya zat baru dalam mineral tersebut. Pada tahun 1758, Scheele menemukan bahwa asam yang baru dapat dibuat dari tungsten. Scheele dann Bergman mengusulkan adanya kemungkinan mendapatkan logam yang baru dengan mereduksi logam ini. De Elhuyar menemukan bahwa asam dalam tungstenit sama dengan asam tungsten.
Tahun 1783, unsur tungsten diperoleh dengan mereduksi asam tungstat dengan arang. Pada tahun 1781, Scheele dan T. Bergmann mengisolasi oksida baru dari mineral yang disebut skelit, CaWO4. Dua tahun kemudian, dua bersaudara J. J dan F. De Elhuyar dari spanyol menunjukkan bahwa oksida yang sama merupakan konstituen dari mineral wolframit dan pemanasan oksida ini dengan barubara berhasil mereduksinya menjadi logam yang kemudian diberi nam wolfram. Nama ini direkomendasikan oleh IUPAC, namun komunikasi bahasa Inggris memilih memakai nama tungsten.

3.2    Sumber dan Ekstraksi Wolfram (Tungsten)
Tungsten terdapat dalam mineral tungstenit wolframit Fe(Mn)WO4, CaWO4, huebnerit MnWO4, dan ferberit FeWO4(Cotton dan Wilkinson, 1989). Tempat penambangan tungsten yaitu di Klifornia, Kolorado, Korea Selatan, Bolivia, Rusia dan Portugal. Di China dilaporkan memiliki persediaan tungsten 75% di dunia.
Unsur tungsten diperoleh secara komersial dengan mereduksi tungsten oksida dengan hidrogen atau karbon. Proses pembuatannya yaitu dengan menghancurkan mineral tungsten secara mekanik dan direaksikan dengan lelehan NaOH. Lelehan kemudian dilarutkan dalam air untuk memperoleh Na-tungstenat yang kemudian diasamkan untuk mendapatkan WO3 yang selanjutnya direduksi dengan hidrogen ungtuk memperoleh logamnya.
Logam Wolfram juga dapat diperoleh dengan pemanasan langsung campuran bijih, tungstat scheelit, CaWO4 dan wolframit, Fe(Mn)WO4 (hingga meleleh) dengan alkali, kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam. Reduksi oksida dengan H2 pada suhu ~8500C akan menghasilkan serbuk logam wolfram berwarna abu-abu. Serbuk logam juga dapat diubah menjadi padatan dengan kompresi tinggi menggunakan gas H2.


3.3    Sifat Fisika dan sifat Kimia Wolfram (Tungsten)
Tungsten murni adalah logam yang berwarna putih timah hingga abu-abu baja. Tungsten yang sangat murni dapat dipotong dengan gergaji besi dan dapat dibentuk dengan mudah. Dalam keadaan tidak murni, dibutuhkan usaha keras untuk membentuk tungsten. Logam transisi yang sangat keras ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit.
Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari semua unsur logam dan pada suhu 16500C memiliki kekuatan regang tertinggi. Bentuk murni wolfram digunakan terutama dalam perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas dalam berbagai seperti filamen bola lampu, tabung sinar-X, dan superaloy. Adapun sifat-sifat dari wolfram secara rici akan disebutkan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Wolfram
Lambang
W
Nomor Atom
74
Penampilan
Putih keabu-abuan mengkilap
Massa Atom
183,948 g/mol
Konfigurasi Elektron
(Xe)4f14 5d4  6s2
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 32, 12, 2
Fase
Padat
Massa Jenis (T kamar)
19,25 g/cm3
Titik lebur
3695 K, 34220C, 61920F
Titik didih
5828 K, 55550C, 100310F
Struktur Kristal
Cubic body centered (kubus berpusat muka)
Bilangan Oksidasi
+2, +3, +4, +5, +6 (Oksida asam lemah)
Elektronegatifitas
1,7 (skala Pauling)
Energi ionisasi
E1 : 770 kj/mol
E2 : 1700 kj/mol
E3 : 2300 kj/mol

3.4    Reaksi-reaksi yang terjadi pada Wolfram (Tungsten)

a.   Reaksi dengan air
Pada suhu ruangan, tungsten tidak bereaksi dengan air

b.   Reaksi dengan udara
2W(s) + 3 O2  → 2WO3 (s)

c.   Reaksi dengan Halogen
W(s) + 3F2 (g)  → 3F6 (g)
W (s) + 3Cl2 (g)  → WCl6 (s)
W(s) + 3Br2 (g)  → WBr6 (s)
2W(S) + 5Cl2 (g)  2WCl5 (s)

d.   Reaksi dengan asam
Secara umum logam tungsten tidak terpengaruh oleh kebanyakan asam. Menurut Cotton dan Wilkinson (1989), wolfram tidak diserang oleh asam selain HF. Artinya logam tungsten tidak dapat bereaksi dengan asam selain HF.

e.   Reaksi dengan basa
Logam tungsten tidak berekasi dengan larutan basa lemah.

3.5    Persenyawaan Wolfram
Beberapa oksida yang umum adalah WO3 (kuning) dan WO2. Trioksida dibuat dengan memanaskan logam wolfram dengan senyawa lain seperti sulfida dalam oksigen. Oksida tersebut tidak bereaksi dengan asam tetapi larut dalam basa membentuk larutan wolframat. WO3 merupakan padatan kuning lemon dengan titik leleh ~1200 0C. Dioksida (WO2) dibuat dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen atau NH3 pada suhu kurang lebih 4700C.

3.6    Aplikasi Wolfram
Tungsten beserta aloynya dapat digunakan pada pembuatan filament lampu pijar, tabung elektron, dan televisi, untuk titik kontak pada distributor mobil, unsur windings (proses pencarian logam pada tungku listrik), pemanasan pada tungku listrik, paduan logam untuk alat pemotong bersuhu tinggi dan pada pesawat luar angkasa. Aloy yang digunakan untuk peralatan berkecepatan tinggi seperti Hastelloy.

3.7    Bahaya Wolfram
Tungsten dapat terbakar dan dapat bertindak sebagai iritan pernapasan (Zulaiha, 2011).

4.   Seaborgium (Sg)

4.1 Sejarah
     Nama lain dari unsur Seaborgium adalah Unhilhexium (Eh) dan Rutherfordium (Rf). Seaborgium merupakan unsur sintesis yang pertama kali diproduksi oleh sebuah tim ilmuan yang dipimpin oleh Albert Ghiorso yang bekerja di Lawrence Berkely Labolatory di Berkeley, California pada tahun 1974. Seaborgium diciptakan dengan membombardir atom Ion Linier Accelerator. Benturan atom dihasilkan Seaborgium-263 dan kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara Seaborgium dan Nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9,06 dan 9,25 MeV dengan masa paruh waktu sekitar 0.9+/-0.2 detik. Seaborgium-263 merupakan isotop seaborgium dengan paruh sekitar 1 detik.
Sebuah tim ilmuan yang bekerja di Institut bersama dengan penelitian nuklir di Dubna, Rusia, mengklaim telah menghasilkan seaborgium. Metode yang digunakan yaitu dengan membombardir atom timah-207 dan memimpin timah-208 dengan ion kromium-54 menggunakan alat yang disebut siklotron.
Nama Seaborgium dipilih untuk menghormati orang yang berbagi penghargaan nobel 1951 di bidang kimia dengan mantan direktur LBL Edwin McMillan untuk penemuan mereka dalam kimia dari unsur transuranium.
Seaborgium dikukuhkan pada tahun 1993 dalam sebuah percobaan di LBB’s 88 inch siklotron yang dirancang oleh Ken Gregorich, sebuah divisi sesama di LBL’s Nuclear Science Division, dan dilaksanakn oleh sebuah tim termasuk fakultas Gregorich dan LBL ilmuan senior Darleane Hoffman, ditambah doktoral dan mahasiswa dari LBL dan UC Berkeley Departemen Kimia. Konfirmasi diumumkan pada September lalu ’93 Aktinida konferensi di Santa Fe, New Mexico.

4.2 Sumber dan Ekstraksi Seaborgium
Seaborgium merupakan unsur yang sangat tidak stabil, dengan isotop yang memiliki waktu paruh diukur dalam detik. Ketidakstabilan ini membuat seaborgium mustahil untuk ditemukan di alam, tetapi harus disintesis di labolatorium oleh para peneliti yang mempelajarinya, seaborgium memancarkan sinar alfa. Seperti elemen sintesis lain, seaborgium tidak memiliki nilai komersial karena sangat mahal untuk memproduksinya dan waktu paruhnya terlalu pendek untuk menjadi sangat produktif.
Pembuatan unsur ini dilakukan dengan penembakan inti. Persamaan rekasinya sebagai berikut :
249Cf +18O    263Sg + 4n
Unsur 106 dibuat dengan reaksi 249Cf (18O,4n)263X, yang memancarkan alfa menjadi rutherfordium, kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara rutherfordium dan nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9,06 dan 9,25 MeV dengan masa waktu paruh 0,9/0,2 detik.

4.3 Sifat fisika dan kimia Seaborgium
     Seaborgium merupakan logam radsioktif yang tidak terjadi secara alami dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Adapun karakteristik dari seaborgium dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Seaborgium
Lambang
Sg
Nomor Atom
106
Penampilan
Kemungkinan putih keperakan atau abu-abu metalik
Massa atom
269 g/mol
Konfigurasi elektron
(Rn) 7s2 5f14 6d4
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 32, 32, 12, 2
Fase
Padat
Massa Jenis (T  Kamar)
35 g/cm3
Titik lebur
-
Titik didih
-
Struktur kristal
Kubus berpusat muka
Bilangan oksidasi
-1, +!, +2, +3, +4, +5, +6 (oksida asam lemah)
Jari-jari atom
132 pm


4.4 Reaksi dan Persenyawaan Seaborgium
            Seaborgium cenderung memiliki bilangan oksidasi +6 dan membentuk oksi-anion SgO4 2- dan senyawa SgO2Cl2 yang sesuai dengan letaknya pada golongan VI B pada tabel periodik.
4.5 Kegunaan Seaborgium
            Belum diketahui secara pasti manfaatnya secara luas, tetapi sejauh ini, unsur seaborgium hanya digunakan sebagai onyek penelitian.
4.6 Bahaya Seaborgium                                
Bahaya unsur seaborgium belum diketahui. Karena sangat tidak stabil, nilai yang terbentuk akan terurai menjadi unsur-unsur lainnya sangat cepat sehingga tidak ada alasan untuk mempelajari pengaruh terhadap kesehatan manusia. Karena sangat singkat-setengah hidupnya (21 detik), tidak ada alasan untuk mempertimbangkan efek seaborgium di lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001. Tungsten. http://www.lenntech.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous. 2004. Seaborgium-Jurnal. http://www.rsc.org. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous. 2009. Seaborgium-Sg. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous, 2011. Sejarah Seaborgium. http://chemistryoche.blogspot.com. Diaskses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous, 2012. Periodic Table Tungsten. http://ptable.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Cotton dan Wilkinson dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.  Jakarta: UI Press.
Hiskia, A. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung : Citra Adia Bakti.
Redaksi chem.-is-try.org. 2008. Seaborgium. http://www.chem-is-try.org. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Saito, T. 2008. Kimia Anorganik. Alih bahasa: Ismunandar, Prof. Dr. http//oke.co.id. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Sugiyarto dan Sugiyani. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Zulaiha, Zila. 2011. Unsur-unsur Golongan VIB. http://blogspot.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.

PORTOFOLIO KIMIA UNSUR
GOLONGAN VI B: Kromium, Molibdenum, Wolfram, dan Seaborgium
Dosen Pengampu:












Oleh:
Fithrotul Auwaliyah (11630048)
Rizki Maratus Sholikhah (11630060)



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014


GOLONGAN VI B

1.   Kromium (Cr)
1.1 Sejarah
Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade sebelum ini. Kromium ditemukan pada tahun 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin seorang profesor kimia dan analis di School of Mines di Paris, yang menerima beberapa sampel bijih crocoites untuk dianalisis sehingga ia mengungkapkan adanya unsur baru yang ia sebut Kromium.
Nama Kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium. Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

a.       Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau dan keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak dan lunak jika dalam keadaan murni dengan titik leleh kira-kira 1900 0C dan titik didih kira-kira 2690 0C.
                                                    i.     Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
Kromium, Cr, 24
Deret kimia
Logam transisi
Golongan, Periode, blok
VIB, 4, d
Penampilan
Perak metalik


Massa atom
51,9961 (6) g/mol
Konfigurasi electron
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2,8,13,1

ii.    Sifat Fisika
Fase
Padat
Massa Jenis (sekitar suhu kamar)
7,15 g/cm3 (25 oC)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi      
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m

iii.    Sifat Kimia
Struktur Kristal
Cubic body centered
Bilangan oksidasi
+2, +3, +4, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas
1,66 (skala Pauling)
Afinitas electron
64,3 kJ / mol -1
Energy Ionisasi
E1: 652,9 kJ/mol
E2: 1590,6 kJ/mol
E3: 2987 kJ/mol
Jari-jari atom
128 pm
Jari-jari atom (terhitung)
166 pm
Jari-jari kovalen
127 pm
Ikatan energi dalam gas
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 
249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar


iv.    Isotop Kromium
Isotop
Massa Atom
Waktu paruh
Kelimpahan di alam (%)
Momen magnetik nuklir
48Cr
47,95404
21,6 hari
-
-
49Cr
48,951341
42,3 menit
-
0,476
50Cr
49,9460464
-
4.345
-
51Cr
50,944772
27,70 detik
-
-0,934
52Cr
51,09405098
-
83,789
-
53Cr
52,9406513
-
9,501
-0,47454
54Cr
53,9388825
-
2,365
-
55Cr
54,940844
3,497 menit
-
-
56Cr
55,94065
5,9 menit
-
-

b.   Sumber Kromium
Logam kromium relatif jarang ditemukan dan kandungannya dalam kerak bumi diperkirakan hanya 0,0122 % atau 122 ppm, lebih rendah daripada vanadium (136 ppm) dan klorin (126 ppm). Sumber kromium yang terpenting dalam perdagangan adalah bijih kromit (chromite), FeCrO4, yang banyak terdapat di Rusia dan Afrika Selatan (kira-kira 96 % cadangan kromium dunia), Pilipina, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut. Sumber kromium lainnya yang lebih sedikit jumlahnya adalah krokoit (crocoites), PbCrO4, dan oker kroma (chrome), Cr2O3. Batu-batuan permata seperti zamrud (emerald) yang berwarna hijau dan merah ruby yang mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromium dalam berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.
Tempat
Ppb berat
Ppb oleh atom
Alam semesta
15000
400
Matahari
20000
400
Meteorit (karbon)
3100000
1200000
Kerak batu
140000
55000
Air laut
0.6
0.071
Arus
1
0.02
manusia
30
4




c.    Kegunaan
a.      Logam kromium sangat tahan terhadap korosi, karena reaksinya dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat non-pori sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi oleh kromium dari reaksi lebih lanjut. Dengan sifat logam yang tahan korosi, manfaat utama dari logam kromium adalah untuk pelapis logam atau baja. Selain itu, lapisan kromium juga menghasilkan warna yang mengkilat sehingga logam ini memberikan manfaat tambahan sebagai alat dekoratif.
b.     Stainless steel yang biasanya mengandung kromium dan sedikit nikel banyak digunakan pada industri alat-alat dapur.
c.      Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit. Dalam proses penyamakan, kulit yang akan disamak dibasahi dengan larutan dikromat, kemudian direduksi dengan gas SO2 sehingga terbentuk kromi sulfat basa, Cr(OH)SO4.
d.      Dikromat, Na2Cr2O7, dapat digunakan sebagai oksidan dalam industri kimia.
e.       Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants atau penguat warna.
f.      Industri refraktori menggunakan kromit untuk membentuk batu bata karena memiliki titik lebur yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah, dan kestabilan struktur kristal.
g.     Beberapa dari isotop kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian metabolisme dan diagnosa diabetes.
h.     Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PbCrO4.
i.       Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang didalamnya dimasukkan kromium.
j.       Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).

d.   Persenyawaan Kromium
Reaksi dan senyawa kromium yang penting hanya menyangkut kromium dengan bilangan oksidasi +2, +3, dan +6.
Oksida Kromium
Table karakterisasi beberapa oksida dan ion kromium
Tingkat Oksidasi
Oksida (a)
Hidroksida
Sifat
Ion
Nama
Warna Ion
+2
CrO
Cr(OH)2
Basa
Cr2+ (b)
Kromo atau kromium (II)
Biru muda
+3
Cr2O3 hijau
Cr(OH)3 (c)
amfoterik
Cr3+ atau [Cr(H2O)6]3+
[Cr(OH)4]- (d)
Kromi atau kromium (III)
Violet hijau
+6
CrO3 merah tua
CrO2(OH)2
Cr2O5(OH)2
Asam
CrO42-
Cr2O72-
Kromat atau dikromat
Kuning oranye
 (a): kromium(IV) dikenal oksida sebagai CrO2; (b): ion ini dalam air sebagai [Cr(H2O)6]2+ ; (c): formula lain adalah [Cr(H2O)3(OH)3] ; (d): formula lain adalah [Cr(H2O)2(OH)4]-



1.6 Reaksi-reaksi Yang Terjadi Pada Kromium
1)        Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar.
2)      Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.
3)      Reaksi kromium dengan halogen
a)    Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CrF6 (s)     [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CrF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s)      [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s)     [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.
b)   Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s)     [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4
c)    Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3Br2 (g) → 2CrBr3 (s)     [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4

d)   Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s)     [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
4)      Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
  Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr (s) + 2HCl (aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H2 (g)
5)      Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4.
6)      Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3
7)      Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.
8)      Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].


1.7 Efek Kesehatan Kromium
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat.
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
- sakit perut dan bisul
- Masalah pernapasan
- Sistem kekebalan yang lemah
- Ginjal dan kerusakan hati
- Perubahan materi genetik
- Kanker paru-paru
2. Molibdenum (Mo)

2.1.Sejarah
Pada tahun 1778 seorang ahli kimia terkenal Swedia, C. W. Scheele telah berhasil membuat suatu oksida unsur baru dari mineral molibdenit, MoS2, dengan demikian ia mampu membedakan mineral ini dengan grafit yang pada waktu itu diduga identik. Kemudian setelah 3 tahun kemudian, P.J. Helm berhasil mengisolasi molibdenum dari pemanasan molibdenit dengan batubara. Nama molibdenum berasal dari bahasa Yunani, molibdos, yang artinya mengandung makna kebingungan ketika menghadapi mineral-mineral lunak hitam yang dapat dipakai untuk menulis, yaitu grafit yang disebut timbel hitam dan plumbako (Sugiyarto dan Suyani, 2010).

2.2.Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Logam molibdenum merupakan logam golongan 6, dimana logam ini cenderung memiliki tingkat oksidasi rendah sehingga membuat unsure ini semakin tidak stabil dengan naiknya nomor atom. Seperti halnya kromium, konfigurasi elektron molibdenum menyimpang dari diagram aufbau (Sugiyarto dan sugiyani, 2010). Konfigrasi elektron tingkat dasar Molibdenum adalah d5s1, dengan sebuah konfigurasi terisi setengah d5 yang stabil. Apabila dilihat dari struktur elektronnya, Molibdenum diharapkan untuk membentuk senyawa-senyawa dengan tingkat oksidasi dari (+1) sampai (+6).
Tingkat oksidasi Molibdenum yang paling penting adalah (+5) dan (+6). Mo(+6) bersifat stabil, sedangkan Mo(+3) bersifat sangat mereduksi. Hal ini sesuai dengan kecenderungan bahwa semakin menurun posisi unsur dalam satu golongan maka semakin tinggi tingkat oksidasi menjadi lebih stabil dan tingkat oksidasi lebih lemah menjadi kurang stabil.
2.2.1. Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
Molibdenum, Mo, 42
Deret Kimia
Logam transisi
Golongan, periode, Blok
VIB, 5, d
Penampilan
abu-abu

Massa atom
95,94(2) g/mol
Konfigurasi Elektron
[Kr] 4d5 5s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 13, 1

2.2.2. Sifat Fisika
Fase
Padat
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
10,28 g/cm3
Titik lebur
2896 K, 2623 oC, 4753 oF
Titik didih
4912 K, 4639 oC, 8382 oF
Kalor peleburan
37,48 kJ/mol
Kalor penguapan
617 kJ/mol
Kapasitas kalor
(25 oC) 24,06 J/(mol.K)
Resistivitas listrik
(20 °C) 53.4 nΩ·m
Konduktivitas termal
(300 K) 138 W/(m·K)
Ekspansi termal
(25 °C) 4.8 µm/(m·K)

2.2.3. Sifat Kimia
Struktur Kristal
Cubic body centered
Bilangan oksidasi
+3, +4, +5, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas
1,8 (skala Pauling)
Energi Ionisasi
E1: 684,3 kJ/mol
E2: 1560 kJ/mol
E3: 2618 kJ/mol
Jari-jari atom
139 pm
Jari-jari atom (terhitung)
190 pm
Jari-jari kovalen
145 pm

2.3. Sumber Molibdenum
Sumber molibdenum yang terpenting adalah molibdenit sulfida, MoS2, dan yang lainnya adalah bijih wulfenit, PbMoO4, dan powelit, Ca(Mo,W)O4 (Sugiyarto dan Suyani, 2010). Logam molibdenum diproduksi sebagai hasil utama maupun hasil sampingan dalam pengolahan tembaga. Pada proses tersebut, bijih molibdenit terlebih dahulu dipisahkan dengan teknik flotasi, kemudian dipanggang untuk memperoleh oksidanya, MoO3. Jika ingin digunakan langsung sebagai paduan logam seperti pada pabrik baja, oksidasi ini diubah menjadi feromolibdenum dengan proses aluminotermik. Untuk memperoleh logam yang lebih murni, molibdenum oksida dilarutkan dalam larutan amonia untuk dikristalkan sebagai amonium molibdat, kadang-kadang sebagai dimolibdat, [NH4]2[Mo2O7], atau sebagai paramolibdat, [NH4]6[Mo7O24].4H2O dengan bergantung pada kondisinya. Molibdat ini kemudian dapat direduksi dengan gas H2 menjadi serbuk logam molibdenum yang berwarna abu-abu. Selain itu, MoO3 dapat dibuat dengan memanaskan logamnya atau sulfidanya dalam oksigen. Oksida-oksida ini tidak bereaksi dengan asam, tetapi larut dalam larutan basa membentuk larutan molibdat.
MoO2 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan H2 atau NH3 pada temperatur di bawah 470 oC, diatas temperatur ini terjadi reduksi lebih lanjut menjadi logamnya. Selain itu, MoO2 juga dapat diperoleh dari reaksi molibdenum dengan uap air panas pada suhu ~800 oC.
            Mo2O5 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan serbuk molibdenum pada ~750 oC. Penambahan amonia ke dalam larutan yang mengandung Mo(V) hasil reduksi tersebut akan diperoleh endapan coklat MoO(OH)3 dan apabila endapan ini dipanaskan akan menghasilkan Mo2O5.

2.4. Kegunaan
Sekitar 75 persen dari molibdenum yang digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1996 dijadikan campuran untuk baja dan besi. Hampir setengah dari campuran ini digunakan untuk membuat stainless dan baja tahan panas. Hasilnya dapat digunakan dalam pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, dan rudal bagian. Penggunaan penting lainnya adalah campuran molibdenum dalam produksi alat-alat khusus, seperti: busi, shaft baling-baling, senapan barel, peralatan listrik digunakan pada temperatur tinggi, dan boiler pelat.
Penggunaan penting lainnya adalah sebagai katalis molibdenum. Katalis adalah zat yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Katalis tidak mengalami perubahan wujud selama reaksi. Katalis molybdenum digunakan dalam berbagai operasi kimia, dalam industri minyak bumi, dan dalam produksi polimer dan plastik. Pada jumlah yang kecil, molibdenum efektif untuk mengeraskan baja. Molibdenum digunakan pada komponen pesawat terbang, peluru, filamen pada pemanas elektrik dan lapisan pelindung pada ketel. Molibdenum orange merupakan pigmen antara merah-kuning ke merah-orange terang dan digunakan pada cat, tinta, plastik, dan senyawa-senyawa karet.
Molibdenum disulfida merupakan pelumas yang baik, terutama pada suhu tinggi. Molibdenum juga digunakan pada beberapa aplikasi elektronik, sebagai pelapis logam konduktif pada transistor film-tipis.
Molibdenum merupakan salah satu bahan paduan baja yang menjadikan baja bersifat keras dan kuat. Selain itu, molibdenum digunakan dalam oksida dan sistem lain sebagai katalis untuk berbagai reaksi, salah satu contoh adalah “amonoksidasi” akrilonitril menurut persamaan reaksi (Cotton dan Wilkinson, 2001) :
MoS2 digunakan sebagai pelumas padat yang ditambahkan ke oli dan digunakan sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi.

2.5. Persenyawaan
Oksida molibdenum banyak yang sudah dikenal, yaitu MoO3, Mo2O5, dan MoO2. Oksida  MoO2 berupa padatan coklat violet, tidak larut dalam asam nitrat pekat dan terjadi oksidasi lebih lanjut menjadi Mo(VI). MoO2 mengadopsi struktur rutil (TiO2).
 






Gambar Struktur Rutil (TiO2)
(Geocities, 2012)

2.6.Reaksi-reaksi Yang Terjadi
Molibdenum tidak dapat bereaksi dengan air pada suhu kamar. Molibdenum juga tidak dapat bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar, akan tetapi pada suhu tinggi (di atas suhu 790 oC) akan membentuk molibdenum(VI) trioksida:
2Mo (s) + 3O2 (g) 2MoO3 (s)
Reaksi dengan halogen akan membentuk molibdenum halida, misalnya jika molibdenum direaksikan dengan fluorin, maka akan membentuk molibdenum(VI) fluorida.
Mo (s) + 3F2 (g) MoF6 (l)
Molibdenum(VI) biasanya membentuk spesies dioksida dengan kedua ikatan Mo = O adalah cis. Jadi, MoO3 dalam 12MHCl membentuk kompleks [MoO2Cl4]2-. Selain itu, molibdenum(VI) juga membentuk kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (= Mo2Cl10).

Gambar 2.6 Struktur Kompleks [MoO2Cl4]2-

Gambar 2.7 Struktur kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (Saito, 2008)
           
Selain itu, kompleks yang mudah didapatkan yang digunakan untuk sintesis kompleks lain adalah ion pentaklorooksomolibdat(V) yang berwarna hijau jambrut, [MoOCl5]2-. Senyawa kompleks ini dapat diperoleh dengan reduksi MoO42- dalam larutan HCl atau dengan pelarutan Mo2Cl10 dalam larutan akua pekat HCl.

Gambar 2.8 Struktur ion pentaklorooksomolibdat(V)
2.7.Efek Kesehatan
Molybdenum relatif aman bagi manusia dan hewan. Penelitian telah menunjukkan bahwa Moblydenum merupakan zat yang tidak beracun. Bahkan, Molybdenum digunakan untuk pertumbuhan tanaman sebagai nutrisi, walaupun intensitas kebutuhannya masih sangat kecil (Anonymous, 2010).

2.8.Molibdenum Dalam Tubuh Manusia
Pada manusia, molybdenum dikenal berfungsi sebagai kofaktor untuk tiga enzim:
Ø  Sulfit oksidase mengkatalisis transformasi sulfit ke sulfat, reaksi yang diperlukan untuk metabolisme kandungan asam amino (metionin dan sistein).
Ø  Xanthine oksidase mengkatalisis pemecahan nukleotida (prekursor untuk DNA dan RNA) untuk membentuk asam urat, yang berkontribusi terhadap kapasitas antioksidan plasma darah.
Ø  Oksidase Aldehyde dan xanthine oksidase mengkatalisis reaksi hidroksilasi yang melibatkan beberapa molekul yang berbeda dengan struktur kimia yang sama. oksidase Xanthine dan oksidase aldehida juga berperan dalam metabolisme obat dan racun.
Nilai ambang batas Mo dalam tubuh manusia
·       Anak-anak 1-3 tahun 300 µg / hari
·       Anak-anak 4-8 tahun 600 µg / hari
·       Anak-anak 9-13 tahun 1.100 µg / hari (1,1 mg / hari
·       Remaja 14-18 tahun 1.700 µg / hari(1,7 mg / hari
·       Dewasa 19 tahun dan lebih tua 2.000 (2,0 mg / hari)
Molibdenum diperlukan untuk oksidasi belerang, suatu komponen dari protein. Molibdenum terdapat dalam susu, buncis, roti dan gandum. 
Kekurangan Molibdenum
            Kekurangan molibdenum yang disebabkan karena asupan yang tidak memadai pada orang yang sehat, belum pernah diteliti. Tetapi kekurangan molibdenum terjadi pada keadaan tertentu misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron mendapatkan makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan molibdenum.
Gejalanya berupa:
-       denyut jantung yang cepat
-       sesak nafas
-       mual
-       muntah
-       disorientasi
-       koma.
            Penyembuhan total bisa diperoleh dengan pemberian molibdenum. Orang yang mengkonsumsi molibdenum dalam jumlah besar dapat mengalami gejala yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan kadar asam urat dalam darah dan nyeri sendi. Penambang yang terpapar debu molibdenum bisa mengalami gejala-gejala yang tidak spesifik.

3.   Wolfram (W)
3.1    Sejarah
Wolfram atau Tungsten ditemukan oleh Juan Jose dan Fausto de Elhuyar pada tahun 1783 di negara Spain. Dalam bahasa Swedia, Tungsten memiliki arti batu berat. Nama lain dari Tungsten adalah Wolfram yang berasal dari bahasa Jerman dengan simbol W.
Pada tahun 1779, Peter Woulfe menguji mineral tungstenit dan menyimpulkan adanya zat baru dalam mineral tersebut. Pada tahun 1758, Scheele menemukan bahwa asam yang baru dapat dibuat dari tungsten. Scheele dann Bergman mengusulkan adanya kemungkinan mendapatkan logam yang baru dengan mereduksi logam ini. De Elhuyar menemukan bahwa asam dalam tungstenit sama dengan asam tungsten.
Tahun 1783, unsur tungsten diperoleh dengan mereduksi asam tungstat dengan arang. Pada tahun 1781, Scheele dan T. Bergmann mengisolasi oksida baru dari mineral yang disebut skelit, CaWO4. Dua tahun kemudian, dua bersaudara J. J dan F. De Elhuyar dari spanyol menunjukkan bahwa oksida yang sama merupakan konstituen dari mineral wolframit dan pemanasan oksida ini dengan barubara berhasil mereduksinya menjadi logam yang kemudian diberi nam wolfram. Nama ini direkomendasikan oleh IUPAC, namun komunikasi bahasa Inggris memilih memakai nama tungsten.

3.2    Sumber dan Ekstraksi Wolfram (Tungsten)
Tungsten terdapat dalam mineral tungstenit wolframit Fe(Mn)WO4, CaWO4, huebnerit MnWO4, dan ferberit FeWO4(Cotton dan Wilkinson, 1989). Tempat penambangan tungsten yaitu di Klifornia, Kolorado, Korea Selatan, Bolivia, Rusia dan Portugal. Di China dilaporkan memiliki persediaan tungsten 75% di dunia.
Unsur tungsten diperoleh secara komersial dengan mereduksi tungsten oksida dengan hidrogen atau karbon. Proses pembuatannya yaitu dengan menghancurkan mineral tungsten secara mekanik dan direaksikan dengan lelehan NaOH. Lelehan kemudian dilarutkan dalam air untuk memperoleh Na-tungstenat yang kemudian diasamkan untuk mendapatkan WO3 yang selanjutnya direduksi dengan hidrogen ungtuk memperoleh logamnya.
Logam Wolfram juga dapat diperoleh dengan pemanasan langsung campuran bijih, tungstat scheelit, CaWO4 dan wolframit, Fe(Mn)WO4 (hingga meleleh) dengan alkali, kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam. Reduksi oksida dengan H2 pada suhu ~8500C akan menghasilkan serbuk logam wolfram berwarna abu-abu. Serbuk logam juga dapat diubah menjadi padatan dengan kompresi tinggi menggunakan gas H2.


3.3    Sifat Fisika dan sifat Kimia Wolfram (Tungsten)
Tungsten murni adalah logam yang berwarna putih timah hingga abu-abu baja. Tungsten yang sangat murni dapat dipotong dengan gergaji besi dan dapat dibentuk dengan mudah. Dalam keadaan tidak murni, dibutuhkan usaha keras untuk membentuk tungsten. Logam transisi yang sangat keras ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit.
Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari semua unsur logam dan pada suhu 16500C memiliki kekuatan regang tertinggi. Bentuk murni wolfram digunakan terutama dalam perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas dalam berbagai seperti filamen bola lampu, tabung sinar-X, dan superaloy. Adapun sifat-sifat dari wolfram secara rici akan disebutkan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Wolfram
Lambang
W
Nomor Atom
74
Penampilan
Putih keabu-abuan mengkilap
Massa Atom
183,948 g/mol
Konfigurasi Elektron
(Xe)4f14 5d4  6s2
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 32, 12, 2
Fase
Padat
Massa Jenis (T kamar)
19,25 g/cm3
Titik lebur
3695 K, 34220C, 61920F
Titik didih
5828 K, 55550C, 100310F
Struktur Kristal
Cubic body centered (kubus berpusat muka)
Bilangan Oksidasi
+2, +3, +4, +5, +6 (Oksida asam lemah)
Elektronegatifitas
1,7 (skala Pauling)
Energi ionisasi
E1 : 770 kj/mol
E2 : 1700 kj/mol
E3 : 2300 kj/mol

3.4    Reaksi-reaksi yang terjadi pada Wolfram (Tungsten)

a.   Reaksi dengan air
Pada suhu ruangan, tungsten tidak bereaksi dengan air

b.   Reaksi dengan udara
2W(s) + 3 O2  → 2WO3 (s)

c.   Reaksi dengan Halogen
W(s) + 3F2 (g)  → 3F6 (g)
W (s) + 3Cl2 (g)  → WCl6 (s)
W(s) + 3Br2 (g)  → WBr6 (s)
2W(S) + 5Cl2 (g)  2WCl5 (s)

d.   Reaksi dengan asam
Secara umum logam tungsten tidak terpengaruh oleh kebanyakan asam. Menurut Cotton dan Wilkinson (1989), wolfram tidak diserang oleh asam selain HF. Artinya logam tungsten tidak dapat bereaksi dengan asam selain HF.

e.   Reaksi dengan basa
Logam tungsten tidak berekasi dengan larutan basa lemah.

3.5    Persenyawaan Wolfram
Beberapa oksida yang umum adalah WO3 (kuning) dan WO2. Trioksida dibuat dengan memanaskan logam wolfram dengan senyawa lain seperti sulfida dalam oksigen. Oksida tersebut tidak bereaksi dengan asam tetapi larut dalam basa membentuk larutan wolframat. WO3 merupakan padatan kuning lemon dengan titik leleh ~1200 0C. Dioksida (WO2) dibuat dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen atau NH3 pada suhu kurang lebih 4700C.

3.6    Aplikasi Wolfram
Tungsten beserta aloynya dapat digunakan pada pembuatan filament lampu pijar, tabung elektron, dan televisi, untuk titik kontak pada distributor mobil, unsur windings (proses pencarian logam pada tungku listrik), pemanasan pada tungku listrik, paduan logam untuk alat pemotong bersuhu tinggi dan pada pesawat luar angkasa. Aloy yang digunakan untuk peralatan berkecepatan tinggi seperti Hastelloy.

3.7    Bahaya Wolfram
Tungsten dapat terbakar dan dapat bertindak sebagai iritan pernapasan (Zulaiha, 2011).

4.   Seaborgium (Sg)

4.1 Sejarah
     Nama lain dari unsur Seaborgium adalah Unhilhexium (Eh) dan Rutherfordium (Rf). Seaborgium merupakan unsur sintesis yang pertama kali diproduksi oleh sebuah tim ilmuan yang dipimpin oleh Albert Ghiorso yang bekerja di Lawrence Berkely Labolatory di Berkeley, California pada tahun 1974. Seaborgium diciptakan dengan membombardir atom Ion Linier Accelerator. Benturan atom dihasilkan Seaborgium-263 dan kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara Seaborgium dan Nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9,06 dan 9,25 MeV dengan masa paruh waktu sekitar 0.9+/-0.2 detik. Seaborgium-263 merupakan isotop seaborgium dengan paruh sekitar 1 detik.
Sebuah tim ilmuan yang bekerja di Institut bersama dengan penelitian nuklir di Dubna, Rusia, mengklaim telah menghasilkan seaborgium. Metode yang digunakan yaitu dengan membombardir atom timah-207 dan memimpin timah-208 dengan ion kromium-54 menggunakan alat yang disebut siklotron.
Nama Seaborgium dipilih untuk menghormati orang yang berbagi penghargaan nobel 1951 di bidang kimia dengan mantan direktur LBL Edwin McMillan untuk penemuan mereka dalam kimia dari unsur transuranium.
Seaborgium dikukuhkan pada tahun 1993 dalam sebuah percobaan di LBB’s 88 inch siklotron yang dirancang oleh Ken Gregorich, sebuah divisi sesama di LBL’s Nuclear Science Division, dan dilaksanakn oleh sebuah tim termasuk fakultas Gregorich dan LBL ilmuan senior Darleane Hoffman, ditambah doktoral dan mahasiswa dari LBL dan UC Berkeley Departemen Kimia. Konfirmasi diumumkan pada September lalu ’93 Aktinida konferensi di Santa Fe, New Mexico.

4.2 Sumber dan Ekstraksi Seaborgium
Seaborgium merupakan unsur yang sangat tidak stabil, dengan isotop yang memiliki waktu paruh diukur dalam detik. Ketidakstabilan ini membuat seaborgium mustahil untuk ditemukan di alam, tetapi harus disintesis di labolatorium oleh para peneliti yang mempelajarinya, seaborgium memancarkan sinar alfa. Seperti elemen sintesis lain, seaborgium tidak memiliki nilai komersial karena sangat mahal untuk memproduksinya dan waktu paruhnya terlalu pendek untuk menjadi sangat produktif.
Pembuatan unsur ini dilakukan dengan penembakan inti. Persamaan rekasinya sebagai berikut :
249Cf +18O    263Sg + 4n
Unsur 106 dibuat dengan reaksi 249Cf (18O,4n)263X, yang memancarkan alfa menjadi rutherfordium, kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara rutherfordium dan nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9,06 dan 9,25 MeV dengan masa waktu paruh 0,9/0,2 detik.

4.3 Sifat fisika dan kimia Seaborgium
     Seaborgium merupakan logam radsioktif yang tidak terjadi secara alami dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Adapun karakteristik dari seaborgium dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Seaborgium
Lambang
Sg
Nomor Atom
106
Penampilan
Kemungkinan putih keperakan atau abu-abu metalik
Massa atom
269 g/mol
Konfigurasi elektron
(Rn) 7s2 5f14 6d4
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 32, 32, 12, 2
Fase
Padat
Massa Jenis (T  Kamar)
35 g/cm3
Titik lebur
-
Titik didih
-
Struktur kristal
Kubus berpusat muka
Bilangan oksidasi
-1, +!, +2, +3, +4, +5, +6 (oksida asam lemah)
Jari-jari atom
132 pm


4.4 Reaksi dan Persenyawaan Seaborgium
            Seaborgium cenderung memiliki bilangan oksidasi +6 dan membentuk oksi-anion SgO4 2- dan senyawa SgO2Cl2 yang sesuai dengan letaknya pada golongan VI B pada tabel periodik.
4.5 Kegunaan Seaborgium
            Belum diketahui secara pasti manfaatnya secara luas, tetapi sejauh ini, unsur seaborgium hanya digunakan sebagai onyek penelitian.
4.6 Bahaya Seaborgium                                
Bahaya unsur seaborgium belum diketahui. Karena sangat tidak stabil, nilai yang terbentuk akan terurai menjadi unsur-unsur lainnya sangat cepat sehingga tidak ada alasan untuk mempelajari pengaruh terhadap kesehatan manusia. Karena sangat singkat-setengah hidupnya (21 detik), tidak ada alasan untuk mempertimbangkan efek seaborgium di lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001. Tungsten. http://www.lenntech.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous. 2004. Seaborgium-Jurnal. http://www.rsc.org. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous. 2009. Seaborgium-Sg. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous, 2011. Sejarah Seaborgium. http://chemistryoche.blogspot.com. Diaskses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous, 2012. Periodic Table Tungsten. http://ptable.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Cotton dan Wilkinson dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.  Jakarta: UI Press.
Hiskia, A. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung : Citra Adia Bakti.
Redaksi chem.-is-try.org. 2008. Seaborgium. http://www.chem-is-try.org. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Saito, T. 2008. Kimia Anorganik. Alih bahasa: Ismunandar, Prof. Dr. http//oke.co.id. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Sugiyarto dan Sugiyani. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Zulaiha, Zila. 2011. Unsur-unsur Golongan VIB. http://blogspot.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.

PORTOFOLIO KIMIA UNSUR
GOLONGAN VI B: Kromium, Molibdenum, Wolfram, dan Seaborgium
Dosen Pengampu:












Oleh:
Fithrotul Auwaliyah (11630048)
Rizki Maratus Sholikhah (11630060)



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014


GOLONGAN VI B

1.   Kromium (Cr)
1.1 Sejarah
Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade sebelum ini. Kromium ditemukan pada tahun 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin seorang profesor kimia dan analis di School of Mines di Paris, yang menerima beberapa sampel bijih crocoites untuk dianalisis sehingga ia mengungkapkan adanya unsur baru yang ia sebut Kromium.
Nama Kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium. Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

a.       Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau dan keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak dan lunak jika dalam keadaan murni dengan titik leleh kira-kira 1900 0C dan titik didih kira-kira 2690 0C.
                                                    i.     Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
Kromium, Cr, 24
Deret kimia
Logam transisi
Golongan, Periode, blok
VIB, 4, d
Penampilan
Perak metalik


Massa atom
51,9961 (6) g/mol
Konfigurasi electron
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2,8,13,1

ii.    Sifat Fisika
Fase
Padat
Massa Jenis (sekitar suhu kamar)
7,15 g/cm3 (25 oC)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi      
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m

iii.    Sifat Kimia
Struktur Kristal
Cubic body centered
Bilangan oksidasi
+2, +3, +4, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas
1,66 (skala Pauling)
Afinitas electron
64,3 kJ / mol -1
Energy Ionisasi
E1: 652,9 kJ/mol
E2: 1590,6 kJ/mol
E3: 2987 kJ/mol
Jari-jari atom
128 pm
Jari-jari atom (terhitung)
166 pm
Jari-jari kovalen
127 pm
Ikatan energi dalam gas
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 
249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar


iv.    Isotop Kromium
Isotop
Massa Atom
Waktu paruh
Kelimpahan di alam (%)
Momen magnetik nuklir
48Cr
47,95404
21,6 hari
-
-
49Cr
48,951341
42,3 menit
-
0,476
50Cr
49,9460464
-
4.345
-
51Cr
50,944772
27,70 detik
-
-0,934
52Cr
51,09405098
-
83,789
-
53Cr
52,9406513
-
9,501
-0,47454
54Cr
53,9388825
-
2,365
-
55Cr
54,940844
3,497 menit
-
-
56Cr
55,94065
5,9 menit
-
-

b.   Sumber Kromium
Logam kromium relatif jarang ditemukan dan kandungannya dalam kerak bumi diperkirakan hanya 0,0122 % atau 122 ppm, lebih rendah daripada vanadium (136 ppm) dan klorin (126 ppm). Sumber kromium yang terpenting dalam perdagangan adalah bijih kromit (chromite), FeCrO4, yang banyak terdapat di Rusia dan Afrika Selatan (kira-kira 96 % cadangan kromium dunia), Pilipina, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut. Sumber kromium lainnya yang lebih sedikit jumlahnya adalah krokoit (crocoites), PbCrO4, dan oker kroma (chrome), Cr2O3. Batu-batuan permata seperti zamrud (emerald) yang berwarna hijau dan merah ruby yang mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromium dalam berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.
Tempat
Ppb berat
Ppb oleh atom
Alam semesta
15000
400
Matahari
20000
400
Meteorit (karbon)
3100000
1200000
Kerak batu
140000
55000
Air laut
0.6
0.071
Arus
1
0.02
manusia
30
4




c.    Kegunaan
a.      Logam kromium sangat tahan terhadap korosi, karena reaksinya dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat non-pori sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi oleh kromium dari reaksi lebih lanjut. Dengan sifat logam yang tahan korosi, manfaat utama dari logam kromium adalah untuk pelapis logam atau baja. Selain itu, lapisan kromium juga menghasilkan warna yang mengkilat sehingga logam ini memberikan manfaat tambahan sebagai alat dekoratif.
b.     Stainless steel yang biasanya mengandung kromium dan sedikit nikel banyak digunakan pada industri alat-alat dapur.
c.      Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit. Dalam proses penyamakan, kulit yang akan disamak dibasahi dengan larutan dikromat, kemudian direduksi dengan gas SO2 sehingga terbentuk kromi sulfat basa, Cr(OH)SO4.
d.      Dikromat, Na2Cr2O7, dapat digunakan sebagai oksidan dalam industri kimia.
e.       Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants atau penguat warna.
f.      Industri refraktori menggunakan kromit untuk membentuk batu bata karena memiliki titik lebur yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah, dan kestabilan struktur kristal.
g.     Beberapa dari isotop kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian metabolisme dan diagnosa diabetes.
h.     Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PbCrO4.
i.       Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang didalamnya dimasukkan kromium.
j.       Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).

d.   Persenyawaan Kromium
Reaksi dan senyawa kromium yang penting hanya menyangkut kromium dengan bilangan oksidasi +2, +3, dan +6.
Oksida Kromium
Table karakterisasi beberapa oksida dan ion kromium
Tingkat Oksidasi
Oksida (a)
Hidroksida
Sifat
Ion
Nama
Warna Ion
+2
CrO
Cr(OH)2
Basa
Cr2+ (b)
Kromo atau kromium (II)
Biru muda
+3
Cr2O3 hijau
Cr(OH)3 (c)
amfoterik
Cr3+ atau [Cr(H2O)6]3+
[Cr(OH)4]- (d)
Kromi atau kromium (III)
Violet hijau
+6
CrO3 merah tua
CrO2(OH)2
Cr2O5(OH)2
Asam
CrO42-
Cr2O72-
Kromat atau dikromat
Kuning oranye
 (a): kromium(IV) dikenal oksida sebagai CrO2; (b): ion ini dalam air sebagai [Cr(H2O)6]2+ ; (c): formula lain adalah [Cr(H2O)3(OH)3] ; (d): formula lain adalah [Cr(H2O)2(OH)4]-



1.6 Reaksi-reaksi Yang Terjadi Pada Kromium
1)        Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar.
2)      Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.
3)      Reaksi kromium dengan halogen
a)    Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CrF6 (s)     [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CrF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s)      [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s)     [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.
b)   Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s)     [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4
c)    Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3Br2 (g) → 2CrBr3 (s)     [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4

d)   Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s)     [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
4)      Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
  Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr (s) + 2HCl (aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H2 (g)
5)      Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4.
6)      Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3
7)      Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.
8)      Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].


1.7 Efek Kesehatan Kromium
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat.
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
- sakit perut dan bisul
- Masalah pernapasan
- Sistem kekebalan yang lemah
- Ginjal dan kerusakan hati
- Perubahan materi genetik
- Kanker paru-paru
2. Molibdenum (Mo)

2.1.Sejarah
Pada tahun 1778 seorang ahli kimia terkenal Swedia, C. W. Scheele telah berhasil membuat suatu oksida unsur baru dari mineral molibdenit, MoS2, dengan demikian ia mampu membedakan mineral ini dengan grafit yang pada waktu itu diduga identik. Kemudian setelah 3 tahun kemudian, P.J. Helm berhasil mengisolasi molibdenum dari pemanasan molibdenit dengan batubara. Nama molibdenum berasal dari bahasa Yunani, molibdos, yang artinya mengandung makna kebingungan ketika menghadapi mineral-mineral lunak hitam yang dapat dipakai untuk menulis, yaitu grafit yang disebut timbel hitam dan plumbako (Sugiyarto dan Suyani, 2010).

2.2.Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Logam molibdenum merupakan logam golongan 6, dimana logam ini cenderung memiliki tingkat oksidasi rendah sehingga membuat unsure ini semakin tidak stabil dengan naiknya nomor atom. Seperti halnya kromium, konfigurasi elektron molibdenum menyimpang dari diagram aufbau (Sugiyarto dan sugiyani, 2010). Konfigrasi elektron tingkat dasar Molibdenum adalah d5s1, dengan sebuah konfigurasi terisi setengah d5 yang stabil. Apabila dilihat dari struktur elektronnya, Molibdenum diharapkan untuk membentuk senyawa-senyawa dengan tingkat oksidasi dari (+1) sampai (+6).
Tingkat oksidasi Molibdenum yang paling penting adalah (+5) dan (+6). Mo(+6) bersifat stabil, sedangkan Mo(+3) bersifat sangat mereduksi. Hal ini sesuai dengan kecenderungan bahwa semakin menurun posisi unsur dalam satu golongan maka semakin tinggi tingkat oksidasi menjadi lebih stabil dan tingkat oksidasi lebih lemah menjadi kurang stabil.
2.2.1. Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
Molibdenum, Mo, 42
Deret Kimia
Logam transisi
Golongan, periode, Blok
VIB, 5, d
Penampilan
abu-abu

Massa atom
95,94(2) g/mol
Konfigurasi Elektron
[Kr] 4d5 5s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 13, 1

2.2.2. Sifat Fisika
Fase
Padat
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
10,28 g/cm3
Titik lebur
2896 K, 2623 oC, 4753 oF
Titik didih
4912 K, 4639 oC, 8382 oF
Kalor peleburan
37,48 kJ/mol
Kalor penguapan
617 kJ/mol
Kapasitas kalor
(25 oC) 24,06 J/(mol.K)
Resistivitas listrik
(20 °C) 53.4 nΩ·m
Konduktivitas termal
(300 K) 138 W/(m·K)
Ekspansi termal
(25 °C) 4.8 µm/(m·K)

2.2.3. Sifat Kimia
Struktur Kristal
Cubic body centered
Bilangan oksidasi
+3, +4, +5, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas
1,8 (skala Pauling)
Energi Ionisasi
E1: 684,3 kJ/mol
E2: 1560 kJ/mol
E3: 2618 kJ/mol
Jari-jari atom
139 pm
Jari-jari atom (terhitung)
190 pm
Jari-jari kovalen
145 pm

2.3. Sumber Molibdenum
Sumber molibdenum yang terpenting adalah molibdenit sulfida, MoS2, dan yang lainnya adalah bijih wulfenit, PbMoO4, dan powelit, Ca(Mo,W)O4 (Sugiyarto dan Suyani, 2010). Logam molibdenum diproduksi sebagai hasil utama maupun hasil sampingan dalam pengolahan tembaga. Pada proses tersebut, bijih molibdenit terlebih dahulu dipisahkan dengan teknik flotasi, kemudian dipanggang untuk memperoleh oksidanya, MoO3. Jika ingin digunakan langsung sebagai paduan logam seperti pada pabrik baja, oksidasi ini diubah menjadi feromolibdenum dengan proses aluminotermik. Untuk memperoleh logam yang lebih murni, molibdenum oksida dilarutkan dalam larutan amonia untuk dikristalkan sebagai amonium molibdat, kadang-kadang sebagai dimolibdat, [NH4]2[Mo2O7], atau sebagai paramolibdat, [NH4]6[Mo7O24].4H2O dengan bergantung pada kondisinya. Molibdat ini kemudian dapat direduksi dengan gas H2 menjadi serbuk logam molibdenum yang berwarna abu-abu. Selain itu, MoO3 dapat dibuat dengan memanaskan logamnya atau sulfidanya dalam oksigen. Oksida-oksida ini tidak bereaksi dengan asam, tetapi larut dalam larutan basa membentuk larutan molibdat.
MoO2 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan H2 atau NH3 pada temperatur di bawah 470 oC, diatas temperatur ini terjadi reduksi lebih lanjut menjadi logamnya. Selain itu, MoO2 juga dapat diperoleh dari reaksi molibdenum dengan uap air panas pada suhu ~800 oC.
            Mo2O5 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan serbuk molibdenum pada ~750 oC. Penambahan amonia ke dalam larutan yang mengandung Mo(V) hasil reduksi tersebut akan diperoleh endapan coklat MoO(OH)3 dan apabila endapan ini dipanaskan akan menghasilkan Mo2O5.

2.4. Kegunaan
Sekitar 75 persen dari molibdenum yang digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1996 dijadikan campuran untuk baja dan besi. Hampir setengah dari campuran ini digunakan untuk membuat stainless dan baja tahan panas. Hasilnya dapat digunakan dalam pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, dan rudal bagian. Penggunaan penting lainnya adalah campuran molibdenum dalam produksi alat-alat khusus, seperti: busi, shaft baling-baling, senapan barel, peralatan listrik digunakan pada temperatur tinggi, dan boiler pelat.
Penggunaan penting lainnya adalah sebagai katalis molibdenum. Katalis adalah zat yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Katalis tidak mengalami perubahan wujud selama reaksi. Katalis molybdenum digunakan dalam berbagai operasi kimia, dalam industri minyak bumi, dan dalam produksi polimer dan plastik. Pada jumlah yang kecil, molibdenum efektif untuk mengeraskan baja. Molibdenum digunakan pada komponen pesawat terbang, peluru, filamen pada pemanas elektrik dan lapisan pelindung pada ketel. Molibdenum orange merupakan pigmen antara merah-kuning ke merah-orange terang dan digunakan pada cat, tinta, plastik, dan senyawa-senyawa karet.
Molibdenum disulfida merupakan pelumas yang baik, terutama pada suhu tinggi. Molibdenum juga digunakan pada beberapa aplikasi elektronik, sebagai pelapis logam konduktif pada transistor film-tipis.
Molibdenum merupakan salah satu bahan paduan baja yang menjadikan baja bersifat keras dan kuat. Selain itu, molibdenum digunakan dalam oksida dan sistem lain sebagai katalis untuk berbagai reaksi, salah satu contoh adalah “amonoksidasi” akrilonitril menurut persamaan reaksi (Cotton dan Wilkinson, 2001) :
MoS2 digunakan sebagai pelumas padat yang ditambahkan ke oli dan digunakan sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi.

2.5. Persenyawaan
Oksida molibdenum banyak yang sudah dikenal, yaitu MoO3, Mo2O5, dan MoO2. Oksida  MoO2 berupa padatan coklat violet, tidak larut dalam asam nitrat pekat dan terjadi oksidasi lebih lanjut menjadi Mo(VI). MoO2 mengadopsi struktur rutil (TiO2).
 






Gambar Struktur Rutil (TiO2)
(Geocities, 2012)

2.6.Reaksi-reaksi Yang Terjadi
Molibdenum tidak dapat bereaksi dengan air pada suhu kamar. Molibdenum juga tidak dapat bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar, akan tetapi pada suhu tinggi (di atas suhu 790 oC) akan membentuk molibdenum(VI) trioksida:
2Mo (s) + 3O2 (g) 2MoO3 (s)
Reaksi dengan halogen akan membentuk molibdenum halida, misalnya jika molibdenum direaksikan dengan fluorin, maka akan membentuk molibdenum(VI) fluorida.
Mo (s) + 3F2 (g) MoF6 (l)
Molibdenum(VI) biasanya membentuk spesies dioksida dengan kedua ikatan Mo = O adalah cis. Jadi, MoO3 dalam 12MHCl membentuk kompleks [MoO2Cl4]2-. Selain itu, molibdenum(VI) juga membentuk kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (= Mo2Cl10).

Gambar 2.6 Struktur Kompleks [MoO2Cl4]2-

Gambar 2.7 Struktur kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (Saito, 2008)
           
Selain itu, kompleks yang mudah didapatkan yang digunakan untuk sintesis kompleks lain adalah ion pentaklorooksomolibdat(V) yang berwarna hijau jambrut, [MoOCl5]2-. Senyawa kompleks ini dapat diperoleh dengan reduksi MoO42- dalam larutan HCl atau dengan pelarutan Mo2Cl10 dalam larutan akua pekat HCl.

Gambar 2.8 Struktur ion pentaklorooksomolibdat(V)
2.7.Efek Kesehatan
Molybdenum relatif aman bagi manusia dan hewan. Penelitian telah menunjukkan bahwa Moblydenum merupakan zat yang tidak beracun. Bahkan, Molybdenum digunakan untuk pertumbuhan tanaman sebagai nutrisi, walaupun intensitas kebutuhannya masih sangat kecil (Anonymous, 2010).

2.8.Molibdenum Dalam Tubuh Manusia
Pada manusia, molybdenum dikenal berfungsi sebagai kofaktor untuk tiga enzim:
Ø  Sulfit oksidase mengkatalisis transformasi sulfit ke sulfat, reaksi yang diperlukan untuk metabolisme kandungan asam amino (metionin dan sistein).
Ø  Xanthine oksidase mengkatalisis pemecahan nukleotida (prekursor untuk DNA dan RNA) untuk membentuk asam urat, yang berkontribusi terhadap kapasitas antioksidan plasma darah.
Ø  Oksidase Aldehyde dan xanthine oksidase mengkatalisis reaksi hidroksilasi yang melibatkan beberapa molekul yang berbeda dengan struktur kimia yang sama. oksidase Xanthine dan oksidase aldehida juga berperan dalam metabolisme obat dan racun.
Nilai ambang batas Mo dalam tubuh manusia
·       Anak-anak 1-3 tahun 300 µg / hari
·       Anak-anak 4-8 tahun 600 µg / hari
·       Anak-anak 9-13 tahun 1.100 µg / hari (1,1 mg / hari
·       Remaja 14-18 tahun 1.700 µg / hari(1,7 mg / hari
·       Dewasa 19 tahun dan lebih tua 2.000 (2,0 mg / hari)
Molibdenum diperlukan untuk oksidasi belerang, suatu komponen dari protein. Molibdenum terdapat dalam susu, buncis, roti dan gandum. 
Kekurangan Molibdenum
            Kekurangan molibdenum yang disebabkan karena asupan yang tidak memadai pada orang yang sehat, belum pernah diteliti. Tetapi kekurangan molibdenum terjadi pada keadaan tertentu misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron mendapatkan makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan molibdenum.
Gejalanya berupa:
-       denyut jantung yang cepat
-       sesak nafas
-       mual
-       muntah
-       disorientasi
-       koma.
            Penyembuhan total bisa diperoleh dengan pemberian molibdenum. Orang yang mengkonsumsi molibdenum dalam jumlah besar dapat mengalami gejala yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan kadar asam urat dalam darah dan nyeri sendi. Penambang yang terpapar debu molibdenum bisa mengalami gejala-gejala yang tidak spesifik.

3.   Wolfram (W)
3.1    Sejarah
Wolfram atau Tungsten ditemukan oleh Juan Jose dan Fausto de Elhuyar pada tahun 1783 di negara Spain. Dalam bahasa Swedia, Tungsten memiliki arti batu berat. Nama lain dari Tungsten adalah Wolfram yang berasal dari bahasa Jerman dengan simbol W.
Pada tahun 1779, Peter Woulfe menguji mineral tungstenit dan menyimpulkan adanya zat baru dalam mineral tersebut. Pada tahun 1758, Scheele menemukan bahwa asam yang baru dapat dibuat dari tungsten. Scheele dann Bergman mengusulkan adanya kemungkinan mendapatkan logam yang baru dengan mereduksi logam ini. De Elhuyar menemukan bahwa asam dalam tungstenit sama dengan asam tungsten.
Tahun 1783, unsur tungsten diperoleh dengan mereduksi asam tungstat dengan arang. Pada tahun 1781, Scheele dan T. Bergmann mengisolasi oksida baru dari mineral yang disebut skelit, CaWO4. Dua tahun kemudian, dua bersaudara J. J dan F. De Elhuyar dari spanyol menunjukkan bahwa oksida yang sama merupakan konstituen dari mineral wolframit dan pemanasan oksida ini dengan barubara berhasil mereduksinya menjadi logam yang kemudian diberi nam wolfram. Nama ini direkomendasikan oleh IUPAC, namun komunikasi bahasa Inggris memilih memakai nama tungsten.

3.2    Sumber dan Ekstraksi Wolfram (Tungsten)
Tungsten terdapat dalam mineral tungstenit wolframit Fe(Mn)WO4, CaWO4, huebnerit MnWO4, dan ferberit FeWO4(Cotton dan Wilkinson, 1989). Tempat penambangan tungsten yaitu di Klifornia, Kolorado, Korea Selatan, Bolivia, Rusia dan Portugal. Di China dilaporkan memiliki persediaan tungsten 75% di dunia.
Unsur tungsten diperoleh secara komersial dengan mereduksi tungsten oksida dengan hidrogen atau karbon. Proses pembuatannya yaitu dengan menghancurkan mineral tungsten secara mekanik dan direaksikan dengan lelehan NaOH. Lelehan kemudian dilarutkan dalam air untuk memperoleh Na-tungstenat yang kemudian diasamkan untuk mendapatkan WO3 yang selanjutnya direduksi dengan hidrogen ungtuk memperoleh logamnya.
Logam Wolfram juga dapat diperoleh dengan pemanasan langsung campuran bijih, tungstat scheelit, CaWO4 dan wolframit, Fe(Mn)WO4 (hingga meleleh) dengan alkali, kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam. Reduksi oksida dengan H2 pada suhu ~8500C akan menghasilkan serbuk logam wolfram berwarna abu-abu. Serbuk logam juga dapat diubah menjadi padatan dengan kompresi tinggi menggunakan gas H2.


3.3    Sifat Fisika dan sifat Kimia Wolfram (Tungsten)
Tungsten murni adalah logam yang berwarna putih timah hingga abu-abu baja. Tungsten yang sangat murni dapat dipotong dengan gergaji besi dan dapat dibentuk dengan mudah. Dalam keadaan tidak murni, dibutuhkan usaha keras untuk membentuk tungsten. Logam transisi yang sangat keras ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit.
Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari semua unsur logam dan pada suhu 16500C memiliki kekuatan regang tertinggi. Bentuk murni wolfram digunakan terutama dalam perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas dalam berbagai seperti filamen bola lampu, tabung sinar-X, dan superaloy. Adapun sifat-sifat dari wolfram secara rici akan disebutkan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Wolfram
Lambang
W
Nomor Atom
74
Penampilan
Putih keabu-abuan mengkilap
Massa Atom
183,948 g/mol
Konfigurasi Elektron
(Xe)4f14 5d4  6s2
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 32, 12, 2
Fase
Padat
Massa Jenis (T kamar)
19,25 g/cm3
Titik lebur
3695 K, 34220C, 61920F
Titik didih
5828 K, 55550C, 100310F
Struktur Kristal
Cubic body centered (kubus berpusat muka)
Bilangan Oksidasi
+2, +3, +4, +5, +6 (Oksida asam lemah)
Elektronegatifitas
1,7 (skala Pauling)
Energi ionisasi
E1 : 770 kj/mol
E2 : 1700 kj/mol
E3 : 2300 kj/mol

3.4    Reaksi-reaksi yang terjadi pada Wolfram (Tungsten)

a.   Reaksi dengan air
Pada suhu ruangan, tungsten tidak bereaksi dengan air

b.   Reaksi dengan udara
2W(s) + 3 O2  → 2WO3 (s)

c.   Reaksi dengan Halogen
W(s) + 3F2 (g)  → 3F6 (g)
W (s) + 3Cl2 (g)  → WCl6 (s)
W(s) + 3Br2 (g)  → WBr6 (s)
2W(S) + 5Cl2 (g)  2WCl5 (s)

d.   Reaksi dengan asam
Secara umum logam tungsten tidak terpengaruh oleh kebanyakan asam. Menurut Cotton dan Wilkinson (1989), wolfram tidak diserang oleh asam selain HF. Artinya logam tungsten tidak dapat bereaksi dengan asam selain HF.

e.   Reaksi dengan basa
Logam tungsten tidak berekasi dengan larutan basa lemah.

3.5    Persenyawaan Wolfram
Beberapa oksida yang umum adalah WO3 (kuning) dan WO2. Trioksida dibuat dengan memanaskan logam wolfram dengan senyawa lain seperti sulfida dalam oksigen. Oksida tersebut tidak bereaksi dengan asam tetapi larut dalam basa membentuk larutan wolframat. WO3 merupakan padatan kuning lemon dengan titik leleh ~1200 0C. Dioksida (WO2) dibuat dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen atau NH3 pada suhu kurang lebih 4700C.

3.6    Aplikasi Wolfram
Tungsten beserta aloynya dapat digunakan pada pembuatan filament lampu pijar, tabung elektron, dan televisi, untuk titik kontak pada distributor mobil, unsur windings (proses pencarian logam pada tungku listrik), pemanasan pada tungku listrik, paduan logam untuk alat pemotong bersuhu tinggi dan pada pesawat luar angkasa. Aloy yang digunakan untuk peralatan berkecepatan tinggi seperti Hastelloy.

3.7    Bahaya Wolfram
Tungsten dapat terbakar dan dapat bertindak sebagai iritan pernapasan (Zulaiha, 2011).

4.   Seaborgium (Sg)

4.1 Sejarah
     Nama lain dari unsur Seaborgium adalah Unhilhexium (Eh) dan Rutherfordium (Rf). Seaborgium merupakan unsur sintesis yang pertama kali diproduksi oleh sebuah tim ilmuan yang dipimpin oleh Albert Ghiorso yang bekerja di Lawrence Berkely Labolatory di Berkeley, California pada tahun 1974. Seaborgium diciptakan dengan membombardir atom Ion Linier Accelerator. Benturan atom dihasilkan Seaborgium-263 dan kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara Seaborgium dan Nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9,06 dan 9,25 MeV dengan masa paruh waktu sekitar 0.9+/-0.2 detik. Seaborgium-263 merupakan isotop seaborgium dengan paruh sekitar 1 detik.
Sebuah tim ilmuan yang bekerja di Institut bersama dengan penelitian nuklir di Dubna, Rusia, mengklaim telah menghasilkan seaborgium. Metode yang digunakan yaitu dengan membombardir atom timah-207 dan memimpin timah-208 dengan ion kromium-54 menggunakan alat yang disebut siklotron.
Nama Seaborgium dipilih untuk menghormati orang yang berbagi penghargaan nobel 1951 di bidang kimia dengan mantan direktur LBL Edwin McMillan untuk penemuan mereka dalam kimia dari unsur transuranium.
Seaborgium dikukuhkan pada tahun 1993 dalam sebuah percobaan di LBB’s 88 inch siklotron yang dirancang oleh Ken Gregorich, sebuah divisi sesama di LBL’s Nuclear Science Division, dan dilaksanakn oleh sebuah tim termasuk fakultas Gregorich dan LBL ilmuan senior Darleane Hoffman, ditambah doktoral dan mahasiswa dari LBL dan UC Berkeley Departemen Kimia. Konfirmasi diumumkan pada September lalu ’93 Aktinida konferensi di Santa Fe, New Mexico.

4.2 Sumber dan Ekstraksi Seaborgium
Seaborgium merupakan unsur yang sangat tidak stabil, dengan isotop yang memiliki waktu paruh diukur dalam detik. Ketidakstabilan ini membuat seaborgium mustahil untuk ditemukan di alam, tetapi harus disintesis di labolatorium oleh para peneliti yang mempelajarinya, seaborgium memancarkan sinar alfa. Seperti elemen sintesis lain, seaborgium tidak memiliki nilai komersial karena sangat mahal untuk memproduksinya dan waktu paruhnya terlalu pendek untuk menjadi sangat produktif.
Pembuatan unsur ini dilakukan dengan penembakan inti. Persamaan rekasinya sebagai berikut :
249Cf +18O    263Sg + 4n
Unsur 106 dibuat dengan reaksi 249Cf (18O,4n)263X, yang memancarkan alfa menjadi rutherfordium, kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara rutherfordium dan nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9,06 dan 9,25 MeV dengan masa waktu paruh 0,9/0,2 detik.

4.3 Sifat fisika dan kimia Seaborgium
     Seaborgium merupakan logam radsioktif yang tidak terjadi secara alami dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Adapun karakteristik dari seaborgium dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Seaborgium
Lambang
Sg
Nomor Atom
106
Penampilan
Kemungkinan putih keperakan atau abu-abu metalik
Massa atom
269 g/mol
Konfigurasi elektron
(Rn) 7s2 5f14 6d4
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 18, 32, 32, 12, 2
Fase
Padat
Massa Jenis (T  Kamar)
35 g/cm3
Titik lebur
-
Titik didih
-
Struktur kristal
Kubus berpusat muka
Bilangan oksidasi
-1, +!, +2, +3, +4, +5, +6 (oksida asam lemah)
Jari-jari atom
132 pm


4.4 Reaksi dan Persenyawaan Seaborgium
            Seaborgium cenderung memiliki bilangan oksidasi +6 dan membentuk oksi-anion SgO4 2- dan senyawa SgO2Cl2 yang sesuai dengan letaknya pada golongan VI B pada tabel periodik.
4.5 Kegunaan Seaborgium
            Belum diketahui secara pasti manfaatnya secara luas, tetapi sejauh ini, unsur seaborgium hanya digunakan sebagai onyek penelitian.
4.6 Bahaya Seaborgium                                
Bahaya unsur seaborgium belum diketahui. Karena sangat tidak stabil, nilai yang terbentuk akan terurai menjadi unsur-unsur lainnya sangat cepat sehingga tidak ada alasan untuk mempelajari pengaruh terhadap kesehatan manusia. Karena sangat singkat-setengah hidupnya (21 detik), tidak ada alasan untuk mempertimbangkan efek seaborgium di lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001. Tungsten. http://www.lenntech.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous. 2004. Seaborgium-Jurnal. http://www.rsc.org. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous. 2009. Seaborgium-Sg. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous, 2011. Sejarah Seaborgium. http://chemistryoche.blogspot.com. Diaskses tanggal 5 Mei 2014.
Anonymous, 2012. Periodic Table Tungsten. http://ptable.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Cotton dan Wilkinson dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.  Jakarta: UI Press.
Hiskia, A. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung : Citra Adia Bakti.
Redaksi chem.-is-try.org. 2008. Seaborgium. http://www.chem-is-try.org. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Saito, T. 2008. Kimia Anorganik. Alih bahasa: Ismunandar, Prof. Dr. http//oke.co.id. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Sugiyarto dan Sugiyani. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Zulaiha, Zila. 2011. Unsur-unsur Golongan VIB. http://blogspot.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar